Delegasi Mahasiswa IAT Institut Al Fithrah Surabaya menghadiri “SEMINAR QUR’ANY NASIONAL 2025”
Acara
yang memperdalam keilmuan Al-Qur’an dan Tafsir bersama para pakar ahli kali ini,
bertempat di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Dengan nama Seminar Qur’any,
mengusung tema besar “Ketika Dunia Membingungkan, Al-Qur’an Memberi Jawaban”
yang mengundang dua pemateri kyai muda yang berasal dari Pulau Madura.
Yakni, pemateri pertama Lora Ismael Al-Kholilie keturunan ke empat dari
Syaikhona Moch Cholil Bangkalan, pengasuh PP Al muhajirun Assalafi Al Kholili
Bangkalan – Madura, yang membahas tentang “Overthinking tentang masa depan?
Al-Qur’an memberi jawaban”. Pemateri kedua Lora Ismail Al-Ascholy,
keturunan ke lima dari Syaikhona Moch Cholil Bangkalan, Ketua Umum PP. Putri
dan ketua 1 PP. Putra Syaikhona Moch Cholil Bangkalan-Madura, membahas tentang “Meredahkan
kecemasan masa depan dengan Tafsir ayat Al Qur’an yang menyejukkan”.
Seminar ini diselengarahkan oleh Hai’ah Tahfizh Al-Qur’an, UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang. Pada tanggal 27 April 2025, pukul 07.30 WIB-selesai.
Pemateri pertama,
Lora Ismael Al-Kholilie membahas tentang “Overthinking tentang masa depan?
Al-Qur’an memberi jawaban”. Beliau berlandaskan Hadis:
عن أبي
هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: (تركت فيكم أمرين لن
تضلوا ما تمسكتم بهما: كتاب الله وسنة رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم)
“Diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu,
dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Aku tinggalkan/wasiatkan dua perkara untuk
kalian, selama kalian berpegang teguh pada keduanya, niscaya kalian tidak akan
tersesat selamanya: pertama Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW
(Hadis)”
Dalam artian kita
mempunyai rujukan besar ketika ditimpai masalah apapun, dengan berpegang teguh
pada kedua wasiat Rasulullah tersebut insya Allah akan dipermudahkan seluruh
urusan kita.
Lora Ismael juga mengutip dawuh dari gurunya KH. Maimoen Zubair yang mengatakan “Al-Qur’an itu Ilmu, bukan sekedar bacaan biasa saja. Perlu kita ketahui, dan mempelajari kedalaman makna”. Al-Qur’an juga menjadi pedoman kuat umat Muslim sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari yang relevan kapanpun, dimanapun (disetiap zaman). Mengutip hadist dari Rasulullah SAW, bersabda : “Yang aku khawatirkan dari umat-Ku kelak ketika mereka dari golongan penghafal/ahli Al-Qur’an sehingga mejadi bersinar wajahnya, dan dikabulkan segala hajatnya. Akan tetapi dia mensyirik-syirikan tetangganya dengan kekufuran.”
Allah berfirman dalam Al-Qur’an tentang apa yang terjadi dan belum terjadi. Al-Qur’an telah menyebutkan ciri-ciri Wali Allah dengan jelas dalam (Q.S yunus: 62)
اَلَآ
اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ
“Ciri-ciri wali Allah sesungguhnya tidak ada rasa takut yang menimpa wali Allah dalam urusan dunia maupun akhirat, dan mereka tidak sedikitpun bersedih karena urusan dunia”
Dalam artian wali Allah tidak mungkin memiliki rasa kecemasan yang dihadapi dikemudian hari karena semakin dekat perjalanan salik seorang wali kepada Allah maka seakan-akan wali tersebut sudah mengetahui peristiwa tersebut sebelum terjadi.
Tiga cara untuk mengatasi Overthinking perspektif
Lora Ismael Al Kholilie:
· Senantiasa
sertakan Allah disetiap Detik dalam kehidupan kita.
· Semua
yang telah dituliskan/ditakdirkan oleh Allah pasti terbaik, dan yang terbaiknya
pasti kamu yang menikmatinya.
· Meyakini
bahwa Allah telah mengatur semua tentang takdir kehidupan kita (Ber-Khusnudzon
pada Allah).
Seseorang yang dalam
menuntun ilmu maupun yang sedang mengunduh buah dari ilmu pasti mereka tidak
terlalu mengkhawatirkan masa depan. Dikarenakan orang yang cerdas adalah orang
yang berpura-pura bodoh. Beliau mengutip hadis yang masyhur sampai sekarang
من يرد
الله به خيرا يفقهه في الدين
Barang
siapa yang Allah kehendaki mendapatkan kebaikan, maka Allah akan memberikan
pemahaman dalam urusan agama kepadanya. Beliau menjelaskan hadis ini kita bisa
mengetahui bahwa substansi dari hadis ini tidaklah mengajarkan manusia untuk
menyerahkan segala urusan kepada Allah saja, tanpa disertai ikhtiar belajar
sedikit pun. Kemudian, berharap Allah akan memberikan pemahaman ilmu agama
kepadanya secara cuma-cuma. Akan tetapi, hadis ini justru mengajarkan kita agar
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama, baik yang Usul maupun yang
Furuk. Karena ilmu agama merupakan penuntun menuju ketakwaan kepada Allah
SWT.. Lebih dari itu, orang yang enggan belajar ilmu agama akan berpotensi
tidak mendapatkan kebaikan.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ
Ayat ini menjelaskan bahwa
Allah bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri. “Demi Allah, akan Kami uji kalian
seperti orang yang menguji tingkah kalian apakah kalian akan bersabar atas
ujian yang ada dan menerima putusan qadha atau tidak.” Ujian tersebut tidak
lain hanyalah memberikan sedikit dari ketakutan. Allah juga memberikan kabar
gembira kepada orang yang bersabar atas semua cobaan yang dialaminya.
Lora Ismail juga
menjelaskan, Ilmu adalah sebuah tuntutan bagi Allah untuk hamba-Nya kapanpun,
dimanapun berada semua rasa kecemasan/ketakutan itu hanya berdampak sedikit/kecil, dibandingkan rahmat yang Allah turunkan kepada Hamba-Nya yang begitu
banyak, luas sifat Rahman dan Rahim-Nya. Kita boleh mengalami
ketakutan atau kecemasan karena Allah memberikan tangungan kepada kita,
sehingga kita harus memenuhi tugas tersebut.
Untuk menjadi orang yang
hebat seseorang harus mengalami rasa galau atau cemas, هَمٌّ(Galau/ingin) karena seseorang yang memiliki cita-cita yang
tinggi pasti mengalami kekecewaan pada dirinya, hal tersebut sudah menjadi Qadarullah,
sehingga seseorang yang memiliki cita-cita yang tinggi harus berani
mengambil risiko. Ibarat surga, untuk menggapainya kita akan melewati
perjalanan yang penuh cobaan, sebaliknya neraka, untuk bisa masuk kedalamnya
pasti jalan menujunya dipenuhi oleh syahwat, yang mengakibatkan kita terjerumus
ke dalamnya. Kata غَمٌّ bisa
bermakna (Galau/mendung), Ibarat bumi ketutupan mendung
maka sinar matahari tidak akan masuk menyinari, seperti halnya jika orang yang
galau maka orang tersebut tidak akan pernah siap menerima sesuatu apapun, pesan
moral dari kiasan tersebut kita harus bersikap profesional ketika cenderung
memikirkan kecemasan tentang masa depan.
Akan
lebih baik seseorang mengalami rasa galau karena, ketika seseorang tersebut
mengalami galau pasti menyendiri mencari ketenangan seakan-akan semua orang
tidak bisa mengatasinya, disitu peran hamba pada tuhannya yakni pertolongan
Allah pasti akan datang karena orang tersebut tidak lagi memikirkan pertolongan
orang lain selain pertolongan Allah SWT. mengutip dari (Q.S Al-insyirah: 7-8)
فَاِذَا
فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ
“Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebaikan),
teruslah bekerja keras (untuk mencari kebaikan yang lain)”, dalam artian ketika
kalian bahagia maka carilah kegalauan lagi jangan terus menerus dalam keadaan
bahagia, karena dengan merasa galau Allah akan memberikan pahala secara gratis.
dan hanya kepada Allah kalian berharap meminta pertolongan.
Penulis : Muhammad Rico Al Kurniawan
Editor: Assajad Muhammad Ali
Komentar