Sang Pengubah Hidup
Namaku Ria. Aku adalah seorang siswi MA yang selama ini merasa hidup hanya berjalan seperti rutinitas. Belajar, pulang, dan menghabiskan waktu di depan layar ponsel. Aku bukan siswi yang malas, tapi juga bukan siswi yang mencolok di kelas. Nilai-nilaiku cukup untuk lulus, tidak lebih. Bagiku, sekolah hanyalah formalitas.
Namun, pandanganku berubah total saat aku bertemu dengan Pak Ikhsan, guru baru nahwu di sekolah kami. Pak Ikhsan adalah sosok yang berbeda dari guru-guru lain. Beliau selalu tersenyum dan penuh semangat. Tidak seperti guru-guru lain yang terkesan hanya menyampaikan materi, Pak Ikhsan seperti ingin mengenal setiap muridnya secara pribadi.
Aku masih ingat pertemuan pertama kami. Saat itu, aku duduk di pojok
kelas, seperti biasa. Setelah memberikan tugas, Pak Ikhsan berjalan
menghampiriku.
"Hei, kamu Ria, kan?" tanyanya.
Aku mengangguk tanpa banyak bicara.
"Kenapa kamu selalu duduk di pojok? Bukankah di depan lebih
seru?" lanjutnya.
Aku hanya mengangkat bahu, merasa pertanyaannya tidak penting.
Namun, Pak Ikhsan tidak menyerah.
"Nahwu itu seperti puzzle, lho. Semakin kamu paham, semakin menarik," katanya sambil tersenyum.
Aku tidak terlalu memedulikan kata-katanya waktu itu. Bagiku, nahwu tetap sulit dan membosankan. Tapi, Pak Ikhsan terus memperhatikanku. Setiap kali aku terlihat kesulitan, beliau selalu datang membantu, bukan dengan cara menggurui, melainkan seperti seorang teman yang benar-benar ingin aku berhasil.
***
Suatu hari, Pak Ikhsan memberikan kami tugas kelompok untuk membuat proyek tentang praktek nahwu dalam sebuah kitab. Aku kebetulan satu kelompok dengan teman-teman yang biasanya tidak terlalu dekat denganku. Awalnya, aku merasa tidak nyaman. Tapi, lambat laun, aku mulai menikmati prosesnya. Kami berdiskusi, mencari solusi, bahkan mencoba hal-hal baru yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Saat presentasi, kelompok kami mendapat pujian dari Pak Ikhsan. Beliau mengatakan bahwa presentasi kami sangat baik. Aku merasa bangga, sesuatu yang jarang kurasakan di sekolah. Itu adalah momen pertama aku menyadari bahwa aku bisa lebih dari sekadar siswa yang "cukup."
Setelah itu, aku mulai lebih aktif di kelas. Aku tidak lagi takut salah ketika menjawab pertanyaan, karena Pak Ikhsan selalu mengatakan bahwa setiap kesalahan adalah langkah menuju pemahaman yang lebih baik. Kata-katanya sederhana, tapi bagiku sangat berarti.
Ada satu momen yang tidak akan pernah aku lupakan. Saat itu, aku baru saja mendapatkan nilai ujian nahwu yang sangat buruk. Aku merasa kecewa, bukan hanya pada diriku sendiri, tapi juga pada Pak Ikhsan. Aku berpikir, mungkin beliau akan kecewa padaku.
Namun, Pak Ikhsan memanggilku ke ruang guru.
"Ria, saya lihat kamu kecewa dengan hasil ujianmu," katanya
dengan nada lembut.
Aku hanya mengangguk, tidak mampu menatap matanya.
"Kamu tahu, setiap orang punya saatnya jatuh. Tapi yang penting adalah bagaimana kamu bangkit. Saya yakin kamu bisa lebih baik," katanya sambil menepuk pundakku.
Kata-kata itu membangkitkan semangatku. Aku mulai belajar lebih giat, bukan karena ingin nilai bagus, tapi karena aku ingin membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku mampu.
***
Beberapa bulan kemudian, ada lomba nahwu se Jawa Timur. Awalnya, aku
ragu untuk ikut. Tapi Pak Ikhsan memintaku mencoba.
"Menang atau kalah bukan masalah, yang penting kamu berani mencoba," katanya.
Aku akhirnya ikut, dan meskipun tidak menang, aku merasa pengalaman itu sangat berharga. Aku belajar banyak hal, bukan hanya tentang nahwu, tapi juga tentang diriku sendiri.
Sekarang, aku mulai melihat pendidikan dari sudut pandang yang berbeda. Bagiku, sekolah bukan lagi sekadar tempat mencari nilai, tapi tempat untuk belajar, tumbuh, dan menemukan potensi diri. Semua itu karena seorang guru yang percaya padaku bahkan saat aku sendiri tidak yakin.
Pak Ikhsan mengajarkanku bahwa pendidikan bukan hanya tentang angka di atas kertas, tapi tentang bagaimana kita menjadi pribadi yang lebih baik. Aku akan selalu mengingatnya, bukan hanya sebagai guru, tapi juga sebagai seseorang yang mengubah hidupku.
Terima kasih, Pak Ikhsan. Karena Anda, aku percaya bahwa aku bisa
mencapai bintang yang lebih tinggi.
Tamat...
Komentar